Jumat, 07 Maret 2008

Tentang Mengeluh

Beberapa waktu yang lalu, saya menghadapi suatu problematika yang membuat saya merasa sangat pusing dan kesal sekali.
Jujur saja, saya merasa kecewa dan ingin marah terhadap komunitas saya. Hal ini dimulai ketika saya menjabat sebagai seksi dana. Yah walaupun saya hanya anggota saja bukan koordinator, tugas saya luar biasa sibuk. Saya merasa bahwa tugas saya cukup berat dan saya merasa bahwa saya tuh bener-bener bekerja sendirian. Saya bener-bener kesal sekali terhadap teman-teman saya. Dalam pikiran saya terpikir bahwa saya bener-bener orang yang bodoh kenapa mau aja bekerja sendiri. Ditambah lagi masalah kesehatan saya yang cukup buruk. Saya baru saja menderita Hepatitis pada bulan September 2007. Saat ini saya belum mengetahuinya apakah saya sudah sembuh 100% atau belum dari penyakit saya itu. Saya takut sekali kalau penyakit itu kambuh sewaktu-waktu. Hal itu sangat menakutkan bagi saya karena saya tidak boleh makan apa-apa dan harus beristirahat penuh selama berminggu-minggu. Bisa dibayangkan hal ini sangatlah mengganggu pikiran saya. Penyakit ini muncul karena kurangnya sanitasi dari makanan saya dan faktor kecapean juga.
Oleh sebab itu, saya menjadi sangat kesal sekali ketika saya bekerja sendirian dalam komunitas. Saya merasa bahwa saya sangat kelelahan sekali. Ingin rasanya memarahi semua orang yang berada dalam komunitas saya. Saya berfikir bahwa memang saya salah telah berkomitmen di komunitas ini dan saya merasa terpaksa untuk menjalankan tugas saya. Awalnya saya merasa cukup menyenangkan namun setelah menjabat anggota team dana, semua hal yang menyenangkan menjadi menyebalkan di mata saya. Saya sudah menceritakannya pada senior-senior saya di komunitas saya, namun mereka menasehati saya bahwa memang dibutuhkan suatu pengorbanan untuk hal itu. Itu merupakan hal yang wajar dalam suatu komunitas. Komunitas itu sendiri bukanlah kumpulan-kumpulan orang yang sempurna. Walaupun tujuan kami menjadi hamba Tuhan namun tetap saja masih ada konflik dalam organisasi dan menurut mereka itu wajar. Mereka juga pernah mengalami hal itu. Penjelasan senior saya itu awalnya mengubah pandangan saya namun tetap saja hal itu masih mengesalkan saya.
Saya tidak ingin bekerja sendirian dalam mencari dana. Bagi saya, hal itu seharusnya adalah kewajiban semua anggota bersama. Saya rela mengorbankan waktu saya asalkan mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan. Itulah yang saya pikirkan saat itu.
Namun ternyata Kehendak Tuhan itu lain. Dia menghardik saya dengan keras. Hal itu terjadi beberapa saat yang lalu. ketika saya berdoa saya memberitahukan setiap kekesalan saya pada Dia. Keesokan harinya, saya bertemu dengan teman saya yang baru saja pulang ke Jakarta. Kemudian saya menceritakan semua kekesalan saya. Teman saya pun menasehati saya, Dia berkata pada saya untuk merenungkan kembali perbuatan-perbuatan saya. Apakah saya juga bertindak benar dalam komunitas. Memang mengesalkan namun alangkah baiknya kalau saya bertindak menjadi seorang proaktif. Apakah dengan saya marah-marah akan menyelesaikan suatu masalah saya? Kemudian saya berpikir benar juga. Trus ia menasehati saya untuk mengubah lensa pandang saya. Ia bilang bahwa saya mempunyai 2 pilihan yang pertama bahwa saya tetap seperti itu dan langsung keluar dari komunitas atau yang kedua tetap tenang dan bekerja dengan giat. Mungkin ada rasa kesal atau marah namun dengan mengubah cara pandang kita, suatu hal yang menyebalkan setidaknya tidak kita rasakan.
Tuhan sendiri tahu bahwa setiap hal yang saya lakukan itu hal yang baik untuk membentuk saya.
Setelah itu saya jadi berpikir kembali tentang hal itu. Saya menemukan kembali setiap pecahan-pecahan pengalaman saya yang dulu. Mungkin tidak mengenakan namun itulah cara Tuhan membentuk setiap individu. Tidaklah mudah mengikuti jalan Tuhan. Saya pun tersadar bahwa setiap tingkah laku saya yang salah. Memang benar bahwa hal yang terjadi saat ini membuat saya kesal, namun saya tidak mempunyai hak untuk memarahi teman-teman saya. Mereka punya alasan tersendiri untuk tidak membantu saya. Dan justru itulah yang menurut saya susah saya mengerti. Setelah memahaminya, saya baru sadar ternyata itulah yang Tuhan mau dari saya, dia ingin saya tumbuh dan berkembang. Setiap penderitaan yang saya alami itu mempunyai makna yang baik bagi saya. Trus di pikiran saya terpikir suatu pikiran, Apakah saya benar-benar mengasihi Tuhan saya??
Apakah saya hanya ingin menerima yang baik dan menolak yang buruk dari Tuhan??
Sungguh egois sekali saya, saat itu pun saya merasa malu. Saya marah-marah namun saya tidak belajar mengasihi sesama saya. Dan itulah yang menurut Tuhan salah dalam diri saya.
Mungkin berat pada awalnya mengikuti Tuhan, namun percayalah bahwa ketika kamu setia pada perkara yang kecil maka kamu akan setia terhadap perkara yang Besar. Itulah kata-kata yang menguatkan saya. Saya jadi sadar bahwa sebenarnya itu hanyalah cara pandang saya yang salah. Seandainya saja saya memandang bahwa semua ini tidak ada yang berubah mungkin saja cara kerja saya yang berbeda. Dan satu hal lagi yang menyadarkan saya bahwa penderitaan di dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemuliaan di Surga. Setiap pengorbanan saya pasti akan dibalas oleh Tuhan. oleh sebab itu saya kembali tersadar dan berusaha berbuat sebaik-baiknya dalam pekerjaan saya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman saya dan senior saya yang telah membuka pikiran saya. dan saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang telah menyadarkan saya bahwa ternyata masih ada hal baik yang bisa saya ambil dari pengalaman saya.
Daripada terus mengeluh lebih baik saya berusaha semaksimal saya dan memberikan hasil karya yang bermanfaat bagi sesama saya.
satu hal lagi saya sadar bahwa saat ini Tuhan sedang menguji iman saya. jika saya mampu melewati hal ini, saya akan bertumbuh lebih dewasa lagi dalam iman saya.
Iman tanpa perbuatan adalah kosong. Terpujilah Kristus.
amin.

-el

My result test

Click to view my Personality Profile page

Cross

Cross
This picture is taken from vatican.